Momentum Reformasi BUMN: Konsolidasi Menuju Efisiensi dan Kekuatan Ekonomi

Pernyataan COO Danantara mengenai 52% BUMN yang mengalami kerugian menjadi headline yang sempat menuai kontroversi. Namun, sesungguhnya pernyataan ini adalah momentum penting untuk reformasi menyeluruh. Fakta yang diungkap menjadi dasar kuat bagi pemerintah dan manajemen BUMN untuk berbenah, memperkuat akuntabilitas, dan melakukan konsolidasi agar perusahaan milik negara tidak hanya bertahan, tetapi juga tumbuh sehat dan memberikan dividen lebih besar bagi bangsa.

Presiden Prabowo sendiri menegaskan pentingnya transparansi dan profesionalisme dalam pengelolaan BUMN. Data kerugian bukanlah akhir, melainkan titik balik untuk melakukan perubahan struktural yang sudah lama ditunggu. Danantara, sebagai holding, tengah menyiapkan langkah konsolidasi dan restrukturisasi agar operasional BUMN menjadi lebih ramping, efisien, dan mampu bersaing dengan perusahaan global.

Konsolidasi berarti memaksimalkan sinergi antar-BUMN yang bergerak di sektor sejenis, memangkas tumpang tindih bisnis, dan mengoptimalkan sumber daya. Restrukturisasi berarti melakukan pembenahan manajemen, memperketat pengawasan keuangan, dan memperkuat strategi bisnis berbasis daya saing. Dengan langkah ini, BUMN yang tadinya merugi dapat kembali sehat, bahkan menjadi penggerak ekonomi nasional.

Momentum reformasi ini juga menegaskan bahwa negara hadir dengan keberanian membuka data, bukan menutupinya. Transparansi menjadi kunci agar kepercayaan publik tumbuh. Profesionalisme menjadi motor agar manajemen BUMN tidak lagi sekadar birokratis, tetapi benar-benar mengedepankan prinsip bisnis modern.

Ke depan, BUMN diharapkan bukan hanya menjadi aset negara yang aman secara hukum, tetapi juga mesin pertumbuhan yang menghasilkan dividen, menciptakan lapangan kerja, dan mendukung pembangunan. Dengan efisiensi yang terjaga, BUMN dapat menjadi tulang punggung ekonomi bangsa sekaligus simbol kemandirian nasional.