Etanol Jadi Tren Global, Dorong Transisi Energi Bersih dan Ramah Lingkungan

Pemerintah di berbagai negara kini semakin serius mengadopsi etanol sebagai bahan campuran bahan bakar minyak (BBM) untuk mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil. Langkah ini menjadi bagian penting dalam upaya global mencapai transisi energi bersih dan pengurangan emisi karbon dari sektor transportasi yang selama ini menjadi penyumbang besar polusi udara.

Berdasarkan laporan Energy Information Administration (EIA), Amerika Serikat menjadi salah satu pionir dalam penggunaan campuran etanol dengan bensin, dengan varian seperti E10, E15, dan E85. Varian E10 yang mengandung 10 persen etanol kini menjadi standar nasional karena terbukti mampu menekan emisi gas rumah kaca tanpa menurunkan performa mesin kendaraan secara signifikan.

Indonesia sendiri juga mulai melirik penggunaan etanol sebagai bahan campuran BBM dalam upaya mempercepat transisi menuju energi hijau. Pemerintah menilai langkah ini tidak hanya memperkuat ketahanan energi nasional, tetapi juga membuka peluang pengembangan industri bioetanol dalam negeri yang dapat menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan nilai tambah sektor pertanian.

Penggunaan etanol juga menjadi strategi penting dalam mendukung komitmen pemerintah terhadap pengurangan emisi karbon sesuai dengan target Net Zero Emission 2060. Selain ramah lingkungan, bahan bakar campuran etanol memberikan efisiensi energi yang lebih baik dan dapat diproduksi dari sumber daya terbarukan seperti tebu, jagung, dan singkong.

Dengan dukungan kebijakan dan inovasi teknologi, penggunaan etanol sebagai campuran BBM diyakini akan menjadi langkah strategis menuju sistem energi yang lebih hijau, berkelanjutan, dan mandiri. Tren global ini menunjukkan bahwa masa depan transportasi dunia bergerak ke arah yang lebih bersih, efisien, dan ramah terhadap lingkungan.