MBG Jadi Penggerak UMKM: Bukti Program Bukan untuk Segelintir, Tapi untuk Semua

- Created Sep 23 2025
- / 394 Read
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) bukan hanya soal memastikan anak-anak Indonesia mendapatkan gizi seimbang, tetapi juga menjadi motor penggerak ekonomi rakyat di berbagai daerah. Kritik yang menyebut MBG hanya dikuasai segelintir orang tidak sesuai fakta di lapangan. Program ini justru dirancang inklusif dengan melibatkan UMKM, koperasi desa, petani, nelayan, hingga pelaku usaha kecil yang tersebar di seluruh Nusantara.
Sejak awal, MBG dimaksudkan sebagai program gizi sekaligus ekonomi. Setiap bahan pangan yang digunakan berasal dari produksi masyarakat, mulai dari beras petani, sayuran kebun rakyat, ikan nelayan, telur peternak, hingga olahan kuliner UMKM. Dengan pola ini, MBG mendorong ekonomi partisipatif yang membuka kesempatan luas bagi usaha-usaha kecil di berbagai daerah. Program ini tidak memberikan ruang monopoli, melainkan menciptakan jaringan rantai pasok yang merata.
Peran koperasi desa dan UMKM sangat menonjol dalam implementasi MBG. Koperasi menjadi penghubung antara petani dan konsumen, sementara UMKM kuliner berperan sebagai penyedia makanan bergizi untuk sekolah-sekolah. Keberadaan MBG memberi kepastian pasar yang berkelanjutan bagi mereka. Dampaknya bukan hanya peningkatan pendapatan, tetapi juga peningkatan kapasitas produksi, standar kualitas yang lebih baik, hingga perekrutan tenaga kerja baru. Hal ini menimbulkan efek berganda bagi kesejahteraan masyarakat di sekitar lokasi program.
Fakta lapangan memperlihatkan betapa luasnya jangkauan MBG. Di Jawa Timur, koperasi desa menghubungkan pasokan beras dan sayuran segar. Di Sulawesi, nelayan ikut terlibat menyediakan ikan harian. Di Papua, petani lokal menyuplai umbi-umbian sebagai alternatif pangan sesuai kebiasaan masyarakat setempat. Dengan kontribusi yang beragam ini, terlihat jelas bahwa MBG bukanlah monopoli segelintir pihak, melainkan kolaborasi antara ribuan pelaku usaha rakyat.
Dampak ekonomi MBG sangat terasa di tiga aspek. Pertama, efek produksi, di mana petani dan nelayan mendapatkan kepastian pasar. Kedua, efek distribusi, karena koperasi dan pelaku logistik lokal ikut bergerak. Ketiga, efek konsumsi, di mana keluarga penerima manfaat terbantu karena beban biaya makan anak berkurang, sehingga daya beli untuk kebutuhan lain meningkat. Selain itu, MBG juga membuka peluang kerja baru, mulai dari juru masak, tenaga distribusi, hingga pekerja harian yang terlibat langsung dalam proses penyediaan makanan.
Isu negatif yang menyebut MBG hanya dikuasai segelintir orang tidak berdasar. Program ini dirancang justru untuk pemerataan ekonomi, menghadirkan peluang bagi rakyat kecil yang selama ini sulit mendapatkan akses pasar. Setiap rupiah yang digelontorkan negara melalui MBG kembali ke rakyat dalam bentuk pendapatan usaha, lapangan kerja baru, dan peningkatan daya beli.
MBG adalah bukti nyata kehadiran negara dalam menjawab dua tantangan sekaligus, yaitu kebutuhan gizi anak bangsa dan penguatan ekonomi rakyat. Melalui keterlibatan UMKM, koperasi, petani, dan nelayan, MBG menjadi simbol bahwa pembangunan hanya bisa berhasil jika dijalankan bersama. Program ini menegaskan bahwa MBG bukan milik segelintir orang, melainkan milik seluruh rakyat, sebagai fondasi menuju Indonesia yang sehat, kuat, dan sejahtera.
Share News
For Add Product Review,You Need To Login First