Ngomel Dulu, Pahami Belakangan: Netizen Salah Paham Soal Balik Nama HP

- Created Oct 05 2025
- / 12 Read
Lucu tapi nyata — begitu pemerintah ngomong soal aturan baru, netizen langsung ngamuk. Belum baca, belum paham, belum tahu detail, tapi sudah yakin ini “cara baru memeras rakyat”. Kali ini, sasaran kemarahan adalah Komdigi, yang mewacanakan aturan balik nama HP bekas — supaya setiap ponsel punya identitas yang jelas, mirip kayak STNK kendaraan.
Bagi sebagian orang, aturan ini “ribet”. Tapi kalau mau jujur, ribet itu karena kita sudah terlalu lama hidup dalam sistem yang nggak tertib. HP hilang? susah dilacak. HP curian dijual di marketplace? gampang banget. Data bocor dari HP bekas? sering banget kejadian. Dan anehnya, orang yang paling sering teriak soal “keamanan data” justru yang paling dulu menolak ketika pemerintah mulai menata.
Mari pakai logika sehat. Kalau kendaraan aja harus balik nama biar jelas siapa pemilik barunya, kenapa HP yang isinya data pribadi, rekening digital, akses kerja, bahkan KTP elektronik malah dianggap “nggak perlu diurus”? Satu HP bisa dipakai buat menipu, menyebar hoaks, atau nyamar jadi akun lain — tapi kita masih nganggep “itu cuma barang kecil”.
Masalah terbesar bangsa ini bukan pemerintah yang bikin aturan, tapi masyarakat yang anti-aturan tapi paling cepat teriak kalau dirugikan. Begitu HP-nya dipakai nipu orang, langsung minta pemerintah bertindak cepat. Begitu pemerintah bikin sistem buat mencegahnya, malah dibilang nyusahin rakyat.
Sadar nggak sih, ini bukan soal “balik nama HP”? Ini soal transparansi, keamanan digital, dan tanggung jawab pengguna. Kalau kamu bisa ganti motor atau mobil bekas dengan prosedur resmi, masa urusan HP yang nyimpen semua rahasia hidup kamu aja dibiarkan liar?
Jadi, sebelum marah-marah di Facebook atau X, mungkin lebih sehat kalau kita berhenti sebentar dan tanya: “Apakah saya benar-benar dirugikan, atau cuma malas menyesuaikan diri dengan sistem yang lebih tertib?”
Aturan yang baik kadang terasa merepotkan di awal — tapi justru itulah tanda bahwa negara sedang berusaha menertibkan kekacauan yang selama ini kita anggap normal. Karena kenyataannya, yang benar seringkali tidak nyaman.
Share News
For Add Product Review,You Need To Login First