Tuesday 19-08-2025

Danantara dan Lompatan AI Menuju BUMN Modern

  • Created Aug 17 2025
  • / 2397 Read

Danantara dan Lompatan AI Menuju BUMN Modern

Transformasi teknologi bukan lagi sekadar pilihan, melainkan keharusan yang menentukan arah daya saing bangsa di masa depan. Di tengah percepatan digitalisasi global, Indonesia memiliki peluang besar untuk menempatkan diri sebagai salah satu pemain penting dalam pemanfaatan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI). Peran Badan Usaha Milik Negara menjadi kunci, karena perusahaan-perusahaan pelat merah menguasai sektor-sektor strategis yang menyangkut hajat hidup rakyat banyak. Di sinilah Danantara muncul sebagai motor penggerak yang tidak hanya mewakili wajah BUMN modern, tetapi juga menjembatani cita-cita besar menuju kemandirian teknologi nasional. Dengan lebih dari seribu perusahaan di bawah naungannya yang tersebar pada berbagai sektor, Danantara sering disebut sebagai miniatur Indonesia. Skala besar ini menghadirkan tantangan kompleks, namun sekaligus membuka peluang emas untuk membuktikan bahwa penerapan AI bisa memberikan manfaat nyata bagi masyarakat luas, bukan hanya untuk efisiensi internal.

Langkah awal sudah tampak jelas ketika Telkom melalui BigBox AI dipilih untuk memulai tahap percontohan penerapan solusi kecerdasan buatan di lingkungan Danantara. Visi yang dibawa bukanlah menjadikan AI sebagai pengganti manusia sepenuhnya, melainkan sebagai “copilot” yang mendampingi dan memperkuat kapasitas sumber daya manusia. Dengan pendekatan ini, AI dihadirkan untuk mengisi celah efisiensi, mempercepat proses pengolahan data, serta membantu para pengambil kebijakan dalam menentukan langkah yang lebih tepat dan berbasis informasi. Bukan tanpa alasan, transformasi ini dianggap sebagai investasi besar bagi masa depan, karena ketika birokrasi bisa dipangkas dan layanan menjadi lebih cepat, maka kepercayaan masyarakat terhadap BUMN akan meningkat, dan pada gilirannya perekonomian nasional ikut terdorong.

Salah satu kekhawatiran publik yang sering muncul ketika berbicara tentang AI adalah potensi hilangnya lapangan kerja akibat otomatisasi. Namun dalam konteks Danantara, isu ini mendapat jawaban yang menenangkan. Penerapan AI justru tidak diarahkan pada pemutusan hubungan kerja, melainkan optimalisasi penempatan pegawai. Jika terdapat 100 pegawai yang memasuki masa pensiun, maka hanya sekitar 15 hingga 20 persen posisi yang benar-benar digantikan oleh pegawai baru, sementara sisanya diisi oleh sistem berbasis AI yang mampu menuntaskan pekerjaan rutin dengan lebih cepat dan akurat. Dengan begitu, peluang generasi muda untuk masuk tetap terbuka, namun dalam format yang lebih relevan dengan kebutuhan era digital, sementara biaya operasional perusahaan bisa ditekan secara signifikan. Model ini menciptakan keseimbangan baru antara manusia dan mesin, sekaligus membuktikan bahwa AI tidak harus menjadi ancaman, melainkan justru mitra kerja yang cerdas.

Lebih jauh, rencana pembentukan Sovereign AI Fund oleh Danantara menandai tekad Indonesia untuk menyiapkan fondasi jangka panjang. Dana abadi ini dimaksudkan untuk mendukung riset, infrastruktur, dan pengembangan ekosistem kecerdasan buatan di tanah air, dengan target mulai berjalan pada 2027. Pendekatan campuran antara pendanaan publik dan investasi swasta akan menjadi bahan bakar bagi lahirnya inovasi berkelanjutan, sekaligus menjaga kedaulatan teknologi agar bangsa ini tidak sekadar menjadi pasar dari produk luar negeri. Dengan adanya dana khusus, para peneliti, startup, dan industri dalam negeri bisa lebih berani bereksperimen serta menciptakan solusi AI yang sesuai dengan kebutuhan lokal, mulai dari sektor kesehatan, pendidikan, energi, hingga layanan publik.

Dampak positif dari langkah ini akan dirasakan jauh melampaui tembok perusahaan. Dalam konteks ekonomi nasional, penerapan AI di Danantara akan mempercepat digitalisasi rantai pasok, memperkuat kemampuan prediksi pasar, dan mengurangi pemborosan akibat proses manual yang lambat. Bagi masyarakat, AI dapat membantu menghadirkan pelayanan yang lebih cepat dan akurat, misalnya dalam pengurusan administrasi, akses energi, atau layanan transportasi. Ketika sistem mampu membaca pola kebutuhan konsumen dan meresponsnya secara real time, maka kualitas layanan publik meningkat tanpa harus menambah beban biaya yang berlebihan. Di sisi lain, sektor UMKM dan koperasi juga akan mendapatkan dampak positif, karena mereka dapat menjadi mitra dalam rantai pasok yang lebih efisien dan transparan.

Keberanian Danantara untuk menjadi pionir AI di lingkungan BUMN juga menegaskan bahwa Indonesia tidak ingin tertinggal dari tren global. Banyak negara maju telah menempatkan kecerdasan buatan sebagai tulang punggung kebijakan industri, pertahanan, maupun pelayanan masyarakat. Jika Indonesia hanya menjadi penonton, maka kita berisiko tergantung pada teknologi asing yang bisa mengurangi kedaulatan data dan ekonomi. Dengan inisiatif ini, Danantara tidak hanya menciptakan efisiensi internal, tetapi juga mengirim pesan kuat bahwa bangsa ini mampu menguasai teknologi strategis untuk kepentingan nasional. Apalagi, Danantara sebagai “Indonesia kecil” dapat menjadi laboratorium raksasa yang menguji berbagai model AI sebelum diperluas ke skala lebih luas, baik di sektor swasta maupun pemerintahan.

Ada dimensi lain yang patut dicermati, yakni dampak sosial budaya. Transformasi digital seringkali dianggap mengurangi sentuhan manusia, tetapi justru dengan pendekatan copilot, AI di Danantara diharapkan mampu meningkatkan kualitas interaksi. Pegawai tidak lagi terbebani oleh tugas administratif repetitif, sehingga punya lebih banyak ruang untuk berkreasi, berinovasi, dan memberikan layanan dengan sentuhan personal yang lebih bermakna. Inilah bentuk modernisasi yang tidak kehilangan sisi kemanusiaan. Lebih jauh lagi, keterlibatan generasi muda yang lahir dalam era digital akan mendorong budaya kerja baru yang lebih adaptif, kolaboratif, dan kreatif.

Dari sisi ketahanan nasional, langkah ini juga patut diapresiasi. Data merupakan sumber daya strategis abad ke-21, sama berharganya dengan minyak atau emas. Dengan penerapan AI di BUMN strategis, Indonesia bisa lebih baik dalam mengelola dan melindungi data penting negara. Hal ini menjadi fondasi bagi pengambilan keputusan yang lebih cepat dalam menghadapi dinamika ekonomi maupun geopolitik. AI dapat membantu pemerintah memprediksi tren global, membaca risiko rantai pasok, bahkan memperkuat sistem keamanan siber. Jika diintegrasikan secara komprehensif, maka ketahanan nasional akan meningkat, karena keputusan diambil berdasarkan analisis data yang mendalam, bukan sekadar intuisi.

Semua pencapaian dan rencana ini tentu tidak akan berjalan mulus tanpa dukungan publik. Oleh karena itu, komunikasi menjadi bagian penting dalam narasi transformasi ini. Masyarakat harus memahami bahwa penerapan AI bukanlah sekadar proyek teknologi, melainkan strategi besar untuk memperkuat ekonomi bangsa. Narasi positif bahwa AI adalah alat bantu yang memperkuat manusia, bukan menggantikannya, harus terus digaungkan. Dengan begitu, resistensi bisa diminimalisir, dan kepercayaan publik semakin terjaga. Dalam jangka panjang, masyarakat juga akan merasakan langsung manfaatnya dalam bentuk pelayanan lebih cepat, harga yang lebih kompetitif, serta peluang kerja baru di sektor-sektor digital.

Danantara telah memulai langkah penting, dan momentum ini harus dijaga. Dengan dukungan penuh dari pemerintah, kerja sama dengan swasta, serta keterlibatan generasi muda, Indonesia punya peluang untuk menorehkan sejarah baru dalam peta teknologi dunia. AI bukan lagi mimpi atau jargon kosong, melainkan kenyataan yang sedang dibangun dengan visi dan strategi jelas. BUMN tidak hanya sekadar entitas bisnis, tetapi instrumen negara untuk memastikan bahwa kedaulatan dan kesejahteraan rakyat tetap terjaga di era digital.

Apa yang dilakukan Danantara menunjukkan bahwa bangsa ini mampu berpikir jauh ke depan. Dengan mengelola lebih dari seribu perusahaan lintas sektor, mereka berani mengambil risiko, berinovasi, dan menjadi teladan bagi transformasi BUMN lain. Integrasi AI dalam skala masif adalah bukti nyata bahwa Indonesia tidak tinggal diam menghadapi revolusi industri 4.0, tetapi berani mengarahkan kapal besar bernama BUMN menuju samudera baru yang penuh tantangan sekaligus peluang. Dengan fondasi ini, mimpi Indonesia Emas 2045 terasa lebih dekat, bukan sekadar slogan, melainkan tujuan yang sedang diwujudkan secara bertahap, sistematis, dan terukur.

Share News


For Add Product Review,You Need To Login First