Makan Bergizi Gratis: Fondasi Emas Pendidikan Indonesia

- Created Aug 18 2025
- / 3951 Read
Banyak pihak terkejut ketika mengetahui bahwa dalam RAPBN 2026, pemerintah mengalokasikan anggaran besar untuk program Makan Bergizi Gratis (MBG). Angkanya bahkan mencapai sekitar 44% dari total anggaran pendidikan Rp757,8 triliun. Tidak sedikit yang kemudian membandingkan, seolah program ini “menggeser” pos pendidikan lain. Namun, jika dicermati lebih dalam, langkah ini justru merupakan investasi fundamental yang akan memperkuat kualitas pendidikan Indonesia di masa depan.
Program MBG ini bukan sekadar “bagi-bagi makanan gratis”. Dengan target 82,9 juta penerima manfaat, mulai dari siswa PAUD hingga SMA, balita, ibu hamil, hingga ibu menyusui, pemerintah berusaha memastikan bahwa generasi penerus tumbuh dengan gizi yang baik. Setiap hari akan ada satu kali makan bergizi yang disiapkan lewat jaringan puluhan ribu dapur umum (central kitchens). Pola ini bukan hanya menjamin gizi anak, tetapi juga menghidupkan ekonomi lokal: petani, nelayan, hingga UMKM pangan mendapat pasar yang pasti. Dengan kata lain, anggaran ini memberi efek ganda, yaitu menyehatkan generasi sekaligus menggerakkan roda ekonomi daerah.
Kita juga perlu melihat konteks yang lebih besar. Indonesia masih menghadapi persoalan stunting dengan prevalensi 21,5% pada 2023, meskipun sudah turun jauh dari 37% pada 2013. Stunting terbukti menurunkan kemampuan kognitif anak, memengaruhi prestasi di sekolah, dan mengurangi produktivitas di masa depan. Dengan gizi yang terjamin, anak-anak lebih siap menyerap pelajaran, guru lebih mudah mengajar, dan hasil pendidikan menjadi lebih maksimal. Artinya, anggaran MBG bukan mengurangi kualitas pendidikan, justru menopang fondasi agar pendidikan bisa berjalan efektif.
Memang, anggaran sebesar ini menimbulkan pro dan kontra. Ada yang khawatir pos lain terpinggirkan, ada pula yang mempertanyakan kemampuan implementasi di lapangan. Namun, program besar selalu menghadapi tantangan awal. Jika dikelola dengan baik, MBG akan menjadi game-changer pembangunan manusia Indonesia. Karena sejatinya, pendidikan dan gizi tidak bisa dipisahkan, pendidikan adalah benih, sementara gizi adalah pupuk. Tanpa pupuk, benih tidak akan tumbuh.
Kesimpulannya, pemerintah tidak sedang mengorbankan pendidikan demi makan gratis, tetapi justru memperkuat pendidikan lewat pintu gizi. RAPBN 2026 adalah bukti keberanian mengambil langkah fundamental, membangun generasi emas yang sehat jasmani, cerdas rohani, dan siap bersaing di masa depan. Program ini adalah investasi jangka panjang yang hasilnya tidak hanya akan dirasakan hari ini, tetapi juga menentukan wajah Indonesia puluhan tahun ke depan.
Share News
For Add Product Review,You Need To Login First