Friday 05-09-2025

BGN Bentuk Satgas untuk Pastikan Program Makan Bergizi Gratis Aman di Sekolah

  • Created Aug 22 2025
  • / 1381 Read

BGN Bentuk Satgas untuk Pastikan Program Makan Bergizi Gratis Aman di Sekolah

Badan Gizi Nasional telah bergerak cepat dengan membentuk Satuan Tugas Percepatan Penyelenggaraan Program Makan Bergizi Gratis (MBG), sebuah langkah strategis untuk memastikan bahwa program yang menyentuh jutaan anak ini tidak hanya mendorong prestasi akademik, tetapi juga menjamin keamanan pangan dan kesehatan siswa. Dengan menghadirkan satgas yang beroperasi secara simultan di tingkat pusat dan daerah, BGN menunjukkan komitmennya dalam memperkuat pengawasan dan respons cepat terhadap potensi risiko. Langkah ini tidak hanya memperkuat koordinasi dengan pemerintah daerah, melainkan juga melibatkan lembaga pengawas pangan seperti BPOM, sehingga setiap tahap dari penyediaan, pengolahan, hingga distribusi makanan bergizi dipantau secara ketat dan terpadu.

Langkah konkret lain adalah perubahan pada prosedur operasional. BGN telah memperketat standar operasional prosedur (SOP) untuk memasak dan mendistribusikan MBG, dengan pelatihan rutin penjamah makanan berlangsung setiap dua bulan. Upaya ini bertujuan memperkuat kompetensi petugas dalam menjaga kebersihan dan kualitas bahan makanan hingga ke tangan siswa. Lebih lanjut, setelah insiden keracunan di Bogor, BGN bergerak cepat dengan mengambil sampel makanan untuk diuji di laboratorium, memberikan teguran keras kepada pihak pengelola (SPPG), serta menanggung penuh biaya perawatan kesehatan para siswa yang terkena dampak. Bahkan mereka menghentikan pemasokan dari supplier jika ditemukan ketidaksesuaian, dan tidak segan menindak tegas bila terjadi pelanggaran. Tindakan ini diperkuat di daerah lain seperti Kupang, di mana distribusi MBG sempat dihentikan sementara dan dilanjutkan setelah investigasi dan perbaikan standar higienis. Pemerintah juga menyiapkan sertifikasi layak higienis dan sanitasi bagi dapur MBG, bekerja sama dengan Komite Akreditasi Nasional, serta menyusun standar HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Point) agar setiap titik dalam rantai pengolahan makanan aman dari risiko kontaminasi.

Kepedulian terhadap faktor eksternal juga ditegaskan. Insiden keracunan tidak selalu berasal dari MBG; ada kemungkinan sumbernya berasal dari luar sistem, seperti kebiasaan makan siswa yang belum higienis atau faktor adaptasi terhadap menu baru seperti susu. Karena itu, BGN juga mendorong edukasi tentang perilaku hidup bersih di sekolah, mempertegas bahwa keamanan pangan bukan hanya soal menu, tetapi juga soal kebiasaan sehari-hari. Di sisi lain, pemerintah daerah menunjukkan respons cepat dalam merespons kasus keracunan dengan membentuk satgas daerah, hingga membuka jalur investigasi terbuka. Di Nusa Tenggara Timur (NTT), misalnya, gubernur dan wakilnya bersama BGN dan aparat terkait membentuk satgas khusus untuk menyelidiki penyebab keracunan. Meski kasus hanya terjadi di satu sekolah, pemerintah daerah tetap memperlakukan kasus sebagai momentum yang harus ditangani serius agar tidak menular ke lokasi lain.

Presiden Republik Indonesia sendiri menyikapi insiden ini dengan tegas: penindakan terhadap stasiun pelayanan MBG yang lalai dan penegasan bahwa keamanan serta kebersihan pangan harus menjadi prioritas utama. Dari jutaan penerima MBG, hanya sebagian kecil yang terdampak—ini membuktikan efektivitas program secara keseluruhan—namun prinsip zero toleransi tidak bisa ditawar. Dengan kecepatan tanggap, evaluasi menyeluruh, peningkatan standar, dan edukasi, pemerintah memastikan program MBG tidak sekadar memenuhi kebutuhan gizi, tetapi juga terlaksana dengan aman dan terpercaya.

Setiap langkah ini mencerminkan tekad kolektif: melindungi generasi masa depan dengan mengutamakan kesejahteraan dan keamanan mereka, serta menjaga kepercayaan publik terhadap program yang menjadi simbol investasi nasional untuk membangun generasi emas Indonesia.

Share News


For Add Product Review,You Need To Login First