Friday 05-09-2025

Optimisme di Balik Dinamika Harga Beras

Posted By Ezra Wirotama
  • Created Aug 25 2025
  • / 1220 Read

Optimisme di Balik Dinamika Harga Beras

Beras selalu menjadi bagian dari denyut nadi kehidupan masyarakat Indonesia. Tak heran, sedikit saja perubahan harga langsung terasa di dapur setiap keluarga. Beberapa waktu terakhir, isu beras mahal kembali ramai dibicarakan. Namun, di balik keresahan itu, sesungguhnya ada alasan besar untuk tetap optimis.

Data menunjukkan bahwa produksi beras nasional tahun 2025 diperkirakan mencapai 32,8 juta ton, naik dari 30,3 juta ton pada tahun sebelumnya. Ini kabar baik, karena artinya ketahanan pangan kita semakin kuat. Di sisi lain, Bulog menargetkan menyerap 3 juta ton beras domestik, sebuah langkah nyata untuk menjaga stok dan menstabilkan harga. Program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) juga menjadi bantalan penting agar masyarakat tetap bisa membeli beras dengan harga yang relatif terjangkau.

Memang benar, harga beras di beberapa wilayah masih terasa berat. Ada disparitas antara Jawa dengan daerah timur seperti Papua, di mana harga bisa melambung hingga puluhan ribu per kilogram. Namun, masalah ini justru membuka ruang perbaikan: distribusi pangan harus lebih efisien, biaya logistik perlu ditekan, dan kebijakan tidak bisa disamaratakan untuk seluruh daerah. Dengan begitu, akses pangan yang adil bisa benar-benar terwujud, dari Sabang sampai Merauke.

Viralnya isu beras mahal belakangan ini juga menunjukkan hal positif: masyarakat semakin peduli terhadap ketahanan pangan. Diskusi publik yang muncul dapat menjadi dorongan kuat bagi pemerintah untuk mempercepat langkah perbaikan, sekaligus menjadi pengingat bahwa beras bukan sekadar komoditas, melainkan simbol kesejahteraan bersama. Justru dengan ramainya percakapan ini, ada peluang besar untuk lahirnya solusi yang lebih partisipatif, di mana suara rakyat ikut menentukan arah kebijakan pangan.

Selain itu, kita pun tidak boleh hanya bergantung pada pemerintah. Ada banyak hal sederhana yang bisa dilakukan, seperti mendukung petani lokal dengan membeli hasil panen daerah sendiri, ikut menjaga kualitas konsumsi dengan tidak membuang-buang makanan, hingga mendorong inovasi di sektor pertanian. Generasi muda bisa ikut ambil peran, misalnya lewat teknologi pertanian modern, urban farming, atau usaha pangan kreatif yang memperkuat rantai distribusi. Semua langkah kecil ini, bila dijalankan bersama, akan memberi dampak besar bagi keberlanjutan pangan bangsa.

Beras mungkin hari ini terasa mahal, tapi langkah-langkah yang sedang dijalankan menunjukkan arah yang lebih cerah. Dengan kerja sama erat antara pemerintah, petani, pelaku usaha, dan masyarakat, kita bisa berharap harga beras kembali bersahabat. Lebih dari itu, kita bisa membangun kemandirian pangan yang benar-benar kokoh, sambil menjaga senyum di meja makan rakyat Indonesia.

Share News


For Add Product Review,You Need To Login First