Seruan Aksi 3 September: Gerakan Rakyat atau Panggung Pencitraan?

- Created Sep 03 2025
- / 49 Read
Seruan aksi pada 3 September 2025 di beberapa daerah belakangan ramai diperbincangkan. Isunya? Katanya untuk memperjuangkan kepentingan rakyat. Faktanya? Lebih banyak kebisingan ketimbang solusi.
Kalau mau fair, demo itu sah, dijamin undang-undang. Tapi, apa benar semua seruan aksi itu murni dari rakyat? Atau hanya dimotori segelintir elit yang hobi memanfaatkan momentum politik? Karena faktanya, sebagian besar “aksi” hanya jadi panggung instan. Bikin poster, teriak di jalan, trending sebentar, lalu hilang. Rakyat kecil tetap balik ke rutinitasnya, masalah besar tetap nggak terselesaikan.
Yang lebih parah, ada aksi yang ujung-ujungnya malah dibatalkan sendiri oleh penggagasnya. Seruan lantang, tapi pas situasi panas, mereka mundur. Jadi, untuk apa sebenarnya seruan itu? Apakah serius memperjuangkan aspirasi, atau cuma ingin headline di media sehari-dua hari?
Dan mari akui kenyataan pahitnya: setiap kali ada seruan aksi, yang paling rugi selalu masyarakat umum. Jalan macet, aktivitas lumpuh, pedagang kecil kehilangan rezeki harian. Sementara yang “bersuara” bisa pulang dengan rasa puas—seolah sudah jadi pahlawan.
Kalau benar peduli rakyat, perjuangan tidak berhenti di seruan dan poster. Perjuangan itu konsisten, masuk ke ruang-ruang dialog, merumuskan kebijakan, dan mengawal implementasi. Tanpa itu, seruan aksi hanyalah drama musiman.
Share News
For Add Product Review,You Need To Login First