Seruan Aksi atau Seruan Emosi? Rakyat Perlu Jernih, Bukan Hanya Ikut Arus!

- Created Sep 09 2025
- / 64 Read
Aksi yang digembar-gemborkan dengan tagar #RakyatTagihJanji ini kelihatan gagah, penuh emosi, tapi apakah benar-benar menyelesaikan masalah? Atau sekadar menambah gaduh tanpa solusi?
Faktanya, pemerintah saat ini sedang berada dalam situasi paling rumit: menghadapi krisis global, harga energi yang melambung, hingga ancaman resesi dunia. Tidak ada pemerintah manapun yang bisa menyulap keadaan menjadi ideal dalam semalam. Menuduh seakan semua janji dikhianati adalah sikap yang terlalu simplistis—dan terus terang, tidak fair.
Ya, rakyat sedang susah. Tapi, mari kita jujur: apakah solusi terbaik adalah turun ke jalan, bakar ban, dan bentrok dengan aparat? Bukankah yang paling dirugikan nanti juga rakyat kecil? Pedagang yang tidak bisa berjualan, sopir angkot yang terjebak macet, hingga mahasiswa sendiri yang ujung-ujungnya terancam masa depan akademiknya.
Kita perlu kritis, tapi jangan sampai kita diperalat oleh elit-elit yang justru memancing di air keruh. Pemerintah mungkin tidak sempurna, tapi sudah jelas sedang berusaha keras: penurunan tunjangan DPR, menonaktifkan anggota DPR yang tidak kompeten, menggiatkan pengesahan RUU Perampasan Aset. Ini yang jarang diangkat oleh pihak-pihak yang lebih senang menyalakan api ketidakpuasan ketimbang memadamkannya.
Demonstrasi besar-besaran di tengah kondisi rapuh hanya akan memperburuk keadaan. Yang rakyat butuhkan bukan seruan emosi, melainkan kerja sama, ide konkret, dan dukungan agar pemerintah bisa menuntaskan krisis bersama. Jangan sampai kita hanya jadi pion di papan catur politik.
Share News
For Add Product Review,You Need To Login First