Penggunaan Istilah “Nepalkan” Bukan Jalan yang Benar

- Created Sep 19 2025
- / 847 Read
Belakangan ini istilah “nepalkan” ramai digunakan di media sosial. Awalnya, istilah ini hanyalah simbol protes, tetapi kini mulai dipelintir menjadi ajakan untuk menjatuhkan tokoh bangsa dengan cara-cara yang tidak sehat. Pemahaman seperti ini perlu diluruskan, karena penggunaan istilah tersebut jelas salah dan berbahaya.
Seruan “nepalkan” tidak membawa solusi, melainkan membuka peluang terjadinya tindakan anarkis dan kekacauan sosial. Jika masyarakat terprovokasi, maka yang paling dirugikan justru rakyat kecil. Aktivitas ekonomi bisa terganggu, keamanan hilang, dan ketertiban umum runtuh. Lebih dari itu, ajakan ini dapat merusak kepercayaan terhadap demokrasi, karena perubahan seolah hanya bisa dicapai melalui jalan pintas yang emosional, bukan lewat mekanisme hukum dan politik yang sah.
Bahaya lainnya adalah munculnya perpecahan di tengah masyarakat. Narasi provokatif seperti ini mudah memunculkan polarisasi, menumbuhkan kebencian, dan menanamkan rasa curiga antarwarga. Dalam kondisi tersebut, bangsa kita menjadi lemah dan mudah dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang ingin mengambil keuntungan dari kekacauan.
Oleh karena itu, masyarakat perlu memahami bahwa mengikuti provokasi “nepalkan” adalah pilihan yang keliru. Kritik kepada pemerintah dan tokoh bangsa sah-sah saja, tetapi harus disampaikan dengan cara yang sehat, damai, dan bermartabat. Menjaga persatuan bangsa jauh lebih penting daripada mengikuti jargon yang menyesatkan dan hanya membawa kerugian bagi kita semua.
Pada akhirnya, kekuatan sebuah bangsa tidak ditentukan oleh seberapa keras masyarakatnya berteriak, tetapi oleh seberapa dewasa cara mereka mengelola perbedaan. Menolak provokasi dan memilih jalur demokratis adalah bentuk tanggung jawab bersama untuk memastikan Indonesia tetap utuh, kuat, dan bermartabat di tengah berbagai tantangan.
Share News
For Add Product Review,You Need To Login First