Monday 06-10-2025

Skandal Dapur MBG? Fakta Brutal yang Tidak Pernah Kamu Dengar

  • Created Sep 28 2025
  • / 85 Read

Skandal Dapur MBG? Fakta Brutal yang Tidak Pernah Kamu Dengar

Beberapa hari terakhir jagat media sosial diramaikan isu soal program Makan Bergizi Gratis (MBG). Mulai dari klaim “ribuan dapur tanpa sertifikat”, tudingan “salah sasaran”, sampai bumbu politik “ada sabotase jatuhin Prabowo”. Isu ini jadi trending, tapi mari kita berhenti sebentar dan tanya: apa benar seburuk itu? Mari kita bedah!

Fakta soal sertifikat dapur
Ya, benar: hanya 34 dapur MBG yang sudah punya sertifikat laik higiene. Tapi apakah itu berarti 8.500 dapur lain kotor, menjijikkan, dan bikin anak keracunan? Jelas tidak. Sertifikat itu bukan satu-satunya indikator kualitas. Sama seperti restoran kecil di pinggir jalan yang enak tapi belum punya label “A” dari dinas kesehatan.

Proses sertifikasi butuh waktu, anggaran, dan birokrasi. Program MBG baru jalan beberapa bulan, wajar kalau belum semua dapur mengantongi cap resmi. Dan faktanya, pemerintah sudah menggerakkan ribuan sekolah/UMKM untuk menyediakan makanan bergizi setiap hari. Mau nunggu semua dapur bersertifikat dulu baru anak-anak dikasih makan? Anak-anak bisa keburu gizi buruk.

Kritik “tidak tepat sasaran”
Ada yang bilang MBG cuma jalan di kota, tidak ke 3T. Nyatanya, semua program nasional selalu mulai dari pusat, baru melebar ke daerah. Lihat listrik, internet, atau vaksinasi. Tidak mungkin langsung merata 100%.

Kalau hari ini baru banyak sekolah kota yang dapat, itu langkah awal. Setelah infrastruktur rapi, baru diperluas. Lebih baik anak-anak di kota makan bergizi hari ini, daripada menunggu “kesempurnaan” yang nggak datang-datang.

Soal data dan “kecurigaan”
Betul, data DTSEN/DTKS tidak selalu sempurna. Tapi siapa yang punya data penduduk paling rapi di negara 270 juta jiwa? Bahkan di Amerika Serikat pun data penerima bantuan sering kacau. Jadi alih-alih menyalahkan, ini justru momentum: MBG bikin pemerintah dipaksa membereskan data sosial.

Dan kalau ada kasus keracunan? Itu bukan alasan bubarkan program. Justru jadi pelajaran memperketat SOP, melatih lebih banyak dapur, dan menggandeng UMKM.

Bumbu politik yang nggak penting
Jangan ketipu framing. Ada yang teriak “sabotase”, ada yang bilang “panggung politik Prabowo”. Faktanya simpel: anak-anak dapat makan gratis tiap hari. Mau bawa ke teori konspirasi atau framing politik, ujungnya tetap: ada piring nasi, lauk, sayur, dan protein di meja anak-anak Indonesia. Itu real.

Apakah MBG sempurna? Jauh. Apakah ada risiko salah sasaran, dapur abal-abal, bahkan potensi korupsi? Ya, tapi tanpa MBG, jutaan anak tetap lapar, gizi buruk tetap merajalela, dan stunting tidak turun.

Jadi pilih mana: program yang masih ada bolongnya tapi bikin anak kenyang, atau pura-pura idealis sambil biarkan generasi berikutnya tumbuh kerdil?

MBG bukan akhir, tapi awal dari revolusi gizi nasional. Kritik boleh, tapi jangan sampai mengubur program yang akhirnya bikin negara ini peduli isi perut anak-anaknya.

Singkatnya, daripada sibuk mencari drama di balik MBG, lebih baik kita kawal, awasi, dan dorong supaya makin baik. Karena kalau bukan sekarang, kapan lagi anak-anak Indonesia bisa makan bergizi tanpa harus nunggu orang tua mereka naik kelas ekonomi?

Share News


For Add Product Review,You Need To Login First