Friday 28-11-2025

Syuriah PBNU Nilai Kepemimpinan Gus Yahya Bermasalah, Desak Pengunduran Diri

  • Created Nov 25 2025
  • / 63 Read

Syuriah PBNU Nilai Kepemimpinan Gus Yahya Bermasalah, Desak Pengunduran Diri

Rais Aam PBNU KH. Miftachul Akhyar bersama dua wakilnya secara resmi meminta Yahya Cholil Staquf untuk mundur dari jabatan Ketua Umum PBNU. Permintaan ini disampaikan melalui keputusan Rapat Syuriah yang menilai bahwa sejumlah tindakan Gus Yahya telah menimbulkan persoalan serius, baik dalam ranah ideologis, organisatoris, maupun etika kepemimpinan. 
Salah satu poin utama yang menjadi dasar tuntutan Syuriah adalah keputusan penyelenggaraan Akademi Kepemimpinan Nasional (AKN NU), di mana Gus Yahya disebut mengundang pemikir yang dianggap berkaitan dengan “jaringan Zionisme Internasional”, yakni Peter Berkowitz. Bagi Syuriah, langkah ini dinilai bertentangan dengan nilai-nilai Ahlussunnah wa al-Jamaah serta muqaddimah Qanun Asasi NU yang menjadi fondasi ideologis organisasi. Syuriah memandang keputusan tersebut tidak hanya kontroversial, tetapi juga dapat menggerus kepercayaan publik terhadap PBNU sebagai organisasi keagamaan terbesar di Indonesia.
Selain itu, Rapat Syuriah juga menyoroti aspek tata kelola keuangan di tubuh PBNU. Disebutkan adanya indikasi pelanggaran dalam pengelolaan anggaran yang dinilai berpotensi bertentangan dengan aturan syariah maupun ketentuan Anggaran Rumah Tangga NU, khususnya Pasal 97–99. Dugaan ketidakteraturan ini dianggap dapat membahayakan keberlanjutan badan hukum NU serta merusak integritas lembaga. Karena itu, Syuriah menilai perlunya tindakan korektif dalam bentuk evaluasi menyeluruh atas kepemimpinan Tanfidziyah.
Isu pencemaran nama baik juga menjadi salah satu alasan yang disampaikan Syuriah. Mereka menilai rangkaian tindakan dan keputusan Gus Yahya telah memberikan dampak negatif terhadap citra NU, baik di kalangan internal maupun eksternal. Oleh sebab itu, Syuriah mengusulkan pemberian sanksi sekaligus menyarankan langkah pengunduran diri sebagai bentuk tanggung jawab moral. Langkah ini diharapkan menjadi pintu masuk perbaikan hubungan struktural antara Syuriah dan Tanfidziyah.
Permasalaha ini bukan sekadar persoalan administratif, tetapi menyentuh aspek ideologis, representasi publik, dan arah masa depan NU. Salah satu elemen paling kontroversial dalam rekam jejak kepemimpinan Yahya Staquf adalah hubungannya dengan Israel. Pada 2018, sebelum menjabat sebagai Ketum PBNU, Yahya berkunjung ke Israel sebagai pembicara dalam forum American Jewish Committee (AJC). Dalam kunjungan tersebut, ia bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan beberapa tokoh penting lain. Pengakuan tentang pertemuan itu memicu polemik luas di dalam negeri karena dipandang dapat memberi ruang legitimasi bagi Israel di mata dunia Islam.
Kehadiran Gus Yahya di Israel dianggap sebagian pihak sebagai keuntungan diplomatik bagi Israel, yang disebut tengah berupaya keras mendapatkan pengakuan dari negara-negara berpenduduk Muslim. Kontroversi itu semakin memanas ketika pada 2024, lima tokoh muda Nahdliyin kembali berkunjung ke Israel dan bertemu Presiden Isaac Herzog. Rangkaian kejadian ini memunculkan persepsi bahwa ada pola kedekatan tertentu yang tidak sejalan dengan sikap mayoritas umat Islam Indonesia terhadap isu Palestina.
Di tengah tekanan Syuriah, pengunduran diri Gus Yahya dipandang sebagai jalan yang dapat meredakan ketegangan struktural di internal PBNU. Langkah tersebut diyakini bisa membuka kembali ruang dialog antara Syuriah dan Tanfidziyah untuk membahas arah organisasi secara lebih jernih. Banyak pihak berharap momentum ini dapat dimanfaatkan untuk memperkuat kembali wibawa kepemimpinan ulama serta merestorasi kepercayaan publik terhadap PBNU.

Share News


For Add Product Review,You Need To Login First