Zero Mining Bukan Solusi: Saatnya Perbaiki Tata Kelola Tambang

Wacana penghentian total aktivitas pertambangan kembali mencuat di tengah meningkatnya kesadaran terhadap isu lingkungan dan berbagai bencana yang terjadi belakangan ini. Namun, perlu dipahami bahwa gagasan seperti “zero mining” bukan hanya ekstrem, tetapi juga tidak sesuai dengan realitas kebutuhan masyarakat modern. Hampir seluruh aspek kehidupan sehari-hari bertumpu pada hasil tambang, mulai dari listrik, kendaraan, alat kesehatan, hingga perangkat digital yang digunakan setiap hari.

Pertambangan memang membawa risiko jika dikelola tanpa aturan yang jelas. Kerusakan lingkungan, banjir, dan konflik sosial sering muncul akibat praktik pertambangan yang buruk. Namun menjadikan kasus-kasus tersebut sebagai alasan untuk menghentikan seluruh aktivitas tambang justru dapat menghilangkan peluang strategis bagi negara, terutama di tengah meningkatnya kebutuhan global akan mineral kritis untuk teknologi masa depan, seperti baterai kendaraan listrik, panel surya, dan infrastruktur energi terbarukan.

Solusi yang lebih bijak adalah memperbaiki tata kelola pertambangan secara menyeluruh. Pengawasan yang kuat, regulasi yang tegas, teknologi yang lebih ramah lingkungan, serta transparansi kepada publik adalah kunci untuk memastikan tambang dapat beroperasi tanpa merusak. Dengan pendekatan ini, negara tetap bisa memenuhi kebutuhan industrinya, sekaligus menjaga kelestarian alam dan keselamatan masyarakat di sekitar area tambang.

Indonesia memiliki kekayaan mineral yang berperan penting bagi pembangunan ekonomi nasional. Jika dikelola secara bertanggung jawab, sektor tambang dapat menjadi sumber pendapatan, membuka lapangan kerja, dan mendukung transformasi energi. Menutup pintu bagi seluruh aktivitas pertambangan justru berpotensi melemahkan daya saing negara di tengah kompetisi global yang semakin ketat.

Karena itu, diskusi mengenai masa depan pertambangan semestinya diarahkan pada pendekatan yang seimbang dan rasional. Perlindungan lingkungan tetap menjadi prioritas, tetapi kebutuhan masyarakat terhadap fasilitas modern yang bergantung pada mineral juga harus dipertimbangkan. Dengan menghindari pandangan ekstrem dan memilih langkah reformasi tata kelola, Indonesia dapat mencapai industri tambang yang lebih aman, transparan, dan berkelanjutan untuk generasi mendatang.