Saturday 02-08-2025

Menekan PHK Lewat Diplomasi Dagang Global

  • Created Aug 01 2025
  • / 2809 Read

Menekan PHK Lewat Diplomasi Dagang Global

Lonjakan kasus pemutusan hubungan kerja (PHK) dalam beberapa waktu terakhir tentu menjadi perhatian nasional. Sepanjang tahun 2024, tercatat hampir 78.000 pekerja terdampak PHK, dan hingga pertengahan 2025, jumlah tersebut terus bertambah. Sektor yang paling terkena imbas adalah manufaktur dan perdagangan, yang sangat bergantung pada pasar ekspor global. Namun, alih-alih larut dalam pesimisme, situasi ini menjadi titik balik bagi pemerintah Indonesia untuk mengevaluasi struktur perdagangan luar negerinya. Salah satu strategi utama yang kini tengah digenjot adalah diversifikasi pasar ekspor.

Diversifikasi pasar ekspor adalah upaya untuk memperluas tujuan ekspor ke negara-negara non-tradisional, seperti kawasan Afrika, Timur Tengah, Asia Selatan, hingga Amerika Latin. Selama ini, ekspor Indonesia sangat bergantung pada beberapa negara besar seperti Tiongkok, Amerika Serikat, dan negara-negara Uni Eropa. Ketika terjadi perlambatan ekonomi global atau krisis di negara mitra utama tersebut, permintaan terhadap produk Indonesia ikut menurun drastis. Akibatnya, banyak industri terpaksa memangkas produksi dan melakukan PHK massal.

Dengan membuka pasar baru, pemerintah berharap perusahaan dalam negeri tidak lagi bergantung pada beberapa negara saja. Misalnya, jika ekspor tekstil ke AS menurun, tetapi permintaan dari Afrika Selatan atau Uni Emirat Arab meningkat, maka roda produksi tetap bisa berputar. Ini berarti perusahaan tidak perlu mengurangi karyawan secara drastis karena masih memiliki outlet penjualan di wilayah lain. Strategi ini menciptakan ketahanan pasar, sehingga dunia usaha tidak terlalu terguncang saat terjadi gejolak di satu kawasan ekonomi.

Langkah ini dipertegas melalui kerangka kesepakatan dagang dengan Amerika Serikat yang disepakati pada Juli 2025. Dalam kesepakatan ini, Indonesia menyetujui tarif ekspor ke AS sebesar 19%, turun dari ancaman tarif 32%, sementara Indonesia menghapus hampir 99% tarif dan hambatan nontarif terhadap produk AS. Dengan terbukanya pasar AS melalui kesepakatan ini, ekspor Indonesia menjadi lebih stabil dan beragam, terutama untuk produk-produk manufaktur, pertanian, dan mineral. Stabilitas ekspor ini memberi kepercayaan kepada perusahaan untuk mempertahankan atau bahkan menambah tenaga kerja, alih-alih melakukan PHK karena menurunnya permintaan. Kesepakatan tersebut menjadi bagian konkret dari diversifikasi pasar, bukan hanya mengandalkan negara baru, tetapi juga memperkuat akses ke pasar tradisional melalui kesepakatan menguntungkan.

Dengan pendekatan ini, angka PHK bisa ditekan bukan dengan membatasi kebijakan ketenagakerjaan, melainkan dengan membuka peluang pasar baru dan menciptakan permintaan yang beragam bagi produk Indonesia. Ini adalah solusi jangka menengah dan panjang yang jauh lebih berkelanjutan. Maka, di balik krisis ini, ada optimisme baru bahwa Indonesia sedang membangun fondasi ekonomi yang lebih tahan guncangan, inklusif, dan berorientasi global.

Share News


For Add Product Review,You Need To Login First