Diaspora Heboh, Pemerintah Jalan Terus: Siapa yang Sebenarnya Gaslighting Bangsa?

- Created Sep 24 2025
- / 112 Read
Belakangan ramai di media sosial soal narasi “diaspora Indonesia tidak bangga” dengan Presiden Prabowo yang berpidato di Sidang Umum PBB. Poster-poster warna-warni bertebaran dengan klaim diaspora lebih merasa prihatin daripada bangga. Gaslighting lah, pencitraan lah, seolah-olah semua orang di luar negeri sudah kompak kecewa.
Tunggu dulu. Mari kita jujur. Pertama, pidato Presiden di PBB bukan ajang pamer, melainkan bagian dari diplomasi negara. Setiap kepala negara hadir, bicara, dan mengangkat isu bangsanya di forum dunia. Kalau Indonesia absen, kita pasti jadi bulan-bulanan komentar: “Lho kok Indonesia gak bersuara? Lemah amat?” Jadi, sebenarnya pemerintah lagi memastikan Indonesia tetap eksis di meja global, bukan jalan-jalan atau buang duit.
Kedua, soal kritik diaspora. Jujur saja, diaspora memang punya hak bersuara, tapi jangan lupa: mereka juga jauh dari realita sehari-hari di tanah air. Mereka tidak harus berhadapan langsung dengan kompleksitas politik, keamanan, dan sosial di Indonesia yang penuh tarik-menarik kepentingan. Dari luar negeri, gampang sekali memberi label “prihatin”, padahal problem dalam negeri jauh lebih rumit dari sekadar slogan.
Ketiga, pemerintah memang tidak sempurna—tapi mari fair. Saat diaspora sibuk membuat poster, pemerintah sedang berusaha meredam ketegangan politik pasca demonstrasi, mengelola stabilitas ekonomi, dan memastikan program strategis seperti MBG tidak asal jalan tanpa evaluasi. Kritik itu perlu, tapi jangan sampai berubah jadi propaganda yang mematikan optimisme bangsa.
Jadi, pertanyaannya sederhana: Mau ikut-ikutan merasa “prihatin” ala diaspora yang jauh di Amerika, atau mau ikut mendorong perbaikan nyata di rumah sendiri?
Kenyataannya, bangsa ini tidak butuh drama “bangga vs prihatin”. Yang kita butuh adalah energi kolektif untuk maju. Pemerintah sudah ada di jalurnya—mungkin tidak sempurna, tapi jelas bergerak.
Ya, pemerintah masih punya PR besar. Ya, ada kritik yang valid soal penanganan demonstrasi dan MBG. Tapi, menjadikan pidato Presiden di PBB sebagai alasan untuk gaslighting drama diaspora? Itu cuma gimmick politik.
Faktanya: dunia internasional tidak peduli dengan poster diaspora. Mereka peduli apakah Indonesia hadir, berbicara, dan mengambil posisi. Dan di situlah pemerintah bekerja.
Share News
For Add Product Review,You Need To Login First