Friday 28-11-2025

Perubahan Arah Sentimen Publik: Dari Perdebatan ke Pengakuan Jasa Besar Soeharto

  • Created Nov 10 2025
  • / 1801 Read

Perubahan Arah Sentimen Publik: Dari Perdebatan ke Pengakuan Jasa Besar Soeharto

Dinamika perbincangan publik mengenai rencana pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto mengalami perubahan signifikan sepanjang periode 20 Oktober hingga 9 November 2025. Berdasarkan analisis data percakapan di media sosial dan pemberitaan online, terlihat pergeseran arah sentimen yang semula dipenuhi kritik dan perdebatan emosional menjadi dukungan yang lebih rasional dan positif.

Pada fase awal, terutama antara 20–28 Oktober, percakapan di media sosial banyak didominasi oleh nada negatif. Sebagian besar warganet mengangkat kembali isu-isu lama seperti pelanggaran HAM, otoritarianisme, dan korupsi di era Orde Baru. Nada kritik ini cenderung muncul dari kelompok yang menolak glorifikasi tokoh masa lalu dan menuntut pembacaan sejarah yang lebih kritis. Di sisi lain, sentimen positif masih relatif kecil dan terpinggirkan di tengah derasnya perdebatan, sementara sentimen netral muncul dalam bentuk diskusi akademik dan refleksi sejarah tanpa penilaian emosional.

Namun, memasuki awal November, tren mulai bergeser. Lonjakan tajam sentimen positif terjadi pada 2–8 November 2025. Pada periode ini, narasi mengenai “Jasa Besar Soeharto” menjadi dominan di berbagai kanal, terutama setelah munculnya survei nasional yang menunjukkan mayoritas masyarakat menilai Soeharto layak diberi gelar Pahlawan Nasional. Ungkapan penghormatan terhadap kontribusinya dalam pembangunan ekonomi, ketahanan pangan, dan stabilitas nasional menjadi tema utama percakapan publik.

Sementara itu, media online cenderung menjaga posisi netral pada akhir Oktober, namun perlahan menonjolkan angle positif menjelang Hari Pahlawan. Pemberitaan beralih dari polemik menuju sorotan terhadap kiprah Soeharto dalam membangun infrastruktur, pendidikan, dan swasembada pangan. Tren ini menunjukkan adanya pergeseran framing dari kontroversi menuju penghormatan sejarah.

Sentimen negatif tidak sepenuhnya hilang, namun mengalami pergeseran konteks. Kritik yang muncul di awal bersifat menolak secara emosional, sedangkan pada minggu kedua November menjadi lebih argumentatif dan terbatas pada aspek tertentu, seperti perlunya evaluasi objektif terhadap semua tokoh sejarah. Ini menandakan bahwa resistensi publik mulai melunak, dan ruang dialog sejarah semakin terbuka.

Secara keseluruhan, hasil pemantauan menunjukkan arah opini publik yang bergerak ke titik tengah antara refleksi dan rekognisi. Dominasi sentimen positif pada pekan pertama November menjadi bukti bahwa publik mulai menilai Soeharto secara lebih proporsional — tidak hanya dari sisi kontroversi masa lalu, tetapi juga dari kontribusinya terhadap pembangunan bangsa.

Puncak pergeseran terjadi menjelang 9 November, ketika dukungan terhadap pemberian gelar pahlawan meningkat di kedua kanal — media sosial dan media online. Narasi “rekonsiliasi sejarah” menggantikan nada konflik, menandakan tumbuhnya kedewasaan publik dalam melihat sejarah bangsa. Dari perdebatan yang semula emosional, wacana publik kini mengarah pada penghormatan terhadap figur yang turut membentuk fondasi Indonesia modern.

Share News


For Add Product Review,You Need To Login First