Friday 28-11-2025

Rekonsiliasi dan Pembelajaran: Cara Bangsa Besar Menghormati Masa Lalu

  • Created Nov 11 2025
  • / 1560 Read

Rekonsiliasi dan Pembelajaran: Cara Bangsa Besar Menghormati Masa Lalu

Bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu menghormati sejarahnya, termasuk bagian-bagian yang tidak selalu mudah untuk dikenang. Pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto bukanlah bentuk penghapusan kritik atau penyangkalan terhadap catatan sejarah, melainkan langkah kedewasaan dalam menilai perjalanan bangsa secara utuh. Rekonsiliasi bukan berarti melupakan masa lalu, tetapi memahami konteksnya dan mengambil pelajaran untuk masa depan yang lebih baik.

Soeharto adalah sosok yang mewarnai sejarah Indonesia selama lebih dari tiga dekade. Ia memimpin pada masa yang penuh tantangan, saat bangsa ini baru merangkak keluar dari krisis politik dan ekonomi pasca-1965. Dalam kepemimpinannya, Indonesia mencapai kestabilan politik, pertumbuhan ekonomi yang signifikan, serta kemajuan infrastruktur dan pendidikan yang menjadi fondasi bagi generasi berikutnya. Fakta-fakta ini tidak bisa dihapus hanya karena perdebatan seputar sisi kelam masa itu.

Menghargai jasa Soeharto tidak berarti menutup mata terhadap persoalan pelanggaran HAM. Namun, menolak penghargaan atas jasanya juga berarti mengabaikan pencapaian nyata yang dirasakan jutaan rakyat Indonesia. Rekonsiliasi sejati justru lahir dari keberanian menilai tokoh secara proporsional—mengakui kontribusinya tanpa mengkultuskan, dan memahami kesalahannya tanpa menghakimi secara sepihak.

Dalam konteks nasional, rekonsiliasi sejarah adalah bagian penting dari membangun kebersamaan. Indonesia telah melewati banyak masa sulit, dan perpecahan pandangan tentang masa lalu sering kali menjadi batu sandungan dalam upaya memperkuat persatuan. Dengan memberi ruang bagi penghargaan terhadap jasa Soeharto, bangsa ini sedang menunjukkan bahwa kita mampu berdamai dengan sejarah, bukan menghapusnya.

Pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto adalah simbol bahwa bangsa ini menilai sejarah berdasarkan kontribusi yang nyata terhadap keutuhan dan kemajuan negara. Ia bukan pengganti penegakan HAM, melainkan pengakuan terhadap aspek lain dari perjalanan panjang seorang tokoh yang berperan besar dalam membangun Indonesia.

Sebuah bangsa yang kuat tidak takut menghadapi masa lalunya. Ia belajar, memperbaiki diri, dan menghormati mereka yang pernah berjasa. Sejarah bukan untuk dihapus atau dipertentangkan, melainkan untuk dijadikan cermin agar langkah bangsa ke depan lebih bijak. Melalui rekonsiliasi dan pemahaman yang lebih dewasa terhadap sejarah Soeharto, Indonesia menunjukkan bahwa penghormatan dan pembelajaran bisa berjalan beriringan—sebuah tanda kedewasaan moral dan kebangsaan yang sejati.

Share News


For Add Product Review,You Need To Login First