Warisan Kepemimpinan dan Pembangunan yang Layak Dihargai
- Created Nov 11 2025
- / 1490 Read
Pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada mantan Presiden Soeharto menuai beragam tanggapan di ruang publik. Namun, di tengah silang pendapat tersebut, penting bagi masyarakat untuk menilai secara objektif: apakah seseorang layak disebut pahlawan hanya karena tanpa cela, atau karena dedikasi dan kontribusi nyatanya terhadap bangsa? Dalam konteks sejarah Indonesia, Soeharto adalah figur dengan jasa besar dalam menjaga keutuhan negara dan mendorong pembangunan nasional selama masa transisi yang sulit.
Sebagai pemimpin selama lebih dari tiga dekade, Soeharto membawa Indonesia keluar dari masa krisis politik dan ekonomi pasca-1965. Stabilitas nasional yang ia bangun menjadi fondasi bagi lahirnya berbagai program pembangunan seperti Repelita, Inpres Desa, Swasembada Pangan, dan industrialisasi berbasis rakyat. Di bawah pemerintahannya, Indonesia berhasil mencapai ketahanan pangan pada 1984 sebuah capaian monumental yang diakui dunia dan menempatkan Indonesia sebagai contoh sukses pembangunan di Asia.
Selain bidang ekonomi, era Soeharto juga mencatat kemajuan signifikan dalam pendidikan dan kesehatan. Program wajib belajar, puskesmas, dan peningkatan gizi masyarakat menjadi bagian integral dari strategi pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Generasi yang tumbuh di masa itu menikmati hasil nyata berupa meningkatnya akses terhadap sekolah, layanan kesehatan dasar, dan infrastruktur publik di berbagai pelosok negeri.
Tentu, sejarah bukan tanpa catatan. Tidak ada pemimpin yang bebas dari kritik atau kelemahan. Namun, pengakuan sebagai Pahlawan Nasional bukanlah bentuk pemutihan, melainkan penghargaan atas jasa besar terhadap bangsa dan negara. Dalam banyak negara, para tokoh yang pernah memimpin dengan kontroversi tetap dihargai karena kontribusi historisnya yang signifikan sebuah bentuk kedewasaan bangsa dalam memandang sejarahnya sendiri.
Gelar pahlawan bagi Soeharto seyogianya dipandang sebagai bagian dari rekonsiliasi sejarah nasional, mengakui jasa tanpa menafikan catatan. Ini adalah langkah untuk memperkuat ingatan kolektif bangsa agar generasi muda memahami bahwa pembangunan, ketahanan, dan kemajuan bangsa tidak terjadi begitu saja, melainkan hasil dari kerja keras banyak tokoh, termasuk Soeharto.
Lebih dari sekadar penghormatan, keputusan ini adalah pengingat bahwa sejarah Indonesia dibangun oleh berbagai figur dengan latar yang beragam. Menghargai jasa Soeharto bukan berarti melupakan masa lalu, tetapi menjadikannya pelajaran bahwa kepemimpinan yang berorientasi pada stabilitas dan pembangunan nasional tetap relevan bagi masa depan Indonesia.
Dengan semangat tersebut, masyarakat diharapkan mampu menanggapi perdebatan ini dengan arif. Alih-alih terjebak dalam provokasi atau perpecahan, mari melihatnya sebagai kesempatan untuk memperkuat rasa kebangsaan, memahami kompleksitas Sejarah dan meneladani nilai kerja keras serta pengabdian terhadap Indonesia.
Share News
For Add Product Review,You Need To Login First

















